Wednesday, January 5, 2011

Halalkah Sushi

Halalkah Sushi & Sashimi

Ass.Wr.Wb

Ustadz, saya suka sekali makan sashimi (irisan daging/ikan mentah). Tapi saya hanya makan sashimi ikan. Ada sedikit keraguan di hati saya karena saya pernah mendengar bahwa kita tidak dibenarkan makan makanan yang masih berdarah (mentah), sedangkan ikan yang saya makan sama sekali tidak ada darahnya (ikan salmon dan udang). Bagaimana hukumnya memakan salmon mentah atau sushi jenis lainnya. Terima kasih.

Wassalaam,

Inggitlestari

Jawaban

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Secara umum, darah itu memang hukumnya najis, sehingga haram untuk dimakan. Sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah SWT berikut ini:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالْدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُواْ بِالأَزْلاَمِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Maidah: 3)

Namun apa yang diharamkan di suatu dalil, boleh jadi dikecualikan dengan dalil lainnya. Salah satunya adalah pengecualian hukum memakan bangkai. Kalau di dalam ayat di atas, secara umum bangkai itu haram, namun bila ada dalil lainnya yang menyatakan kehalalan jenis bangkai tertentu, maka yang dikecualikan itu hukumnya halal.

Untuk menjawab masalah ini, kami ingin menyampaikan sebuah hadits dari Rasulullah SAW tentang hukum hewan yang hidup di laut. Hadits ini kalau kita rujuk kepada sebabnya, sebenarnya bukan secara langsung membicarakan hukum makan ikan. Melainkan jawaban atas pertanyaan tentang kebolehan berwudhu’ dengan menggunakan air laut.

Suatu ketika ada serombongan shahabat melakukan perjalanan di laut lepas. Bekal air yang mereka bawa sangat terbatas. Hanya cukup untuk minum saja. Padahal mereka tetap wajib shalat dengan berwudhu’ sebelumnya. Tapi bekal air itu pasti tidak cukup bila digunakan untuk wudhu’. Lantas mereka berijtihad untuk berwudhu’ dengan menggunakan air laut.

Sekembalinya mereka bersama Rasulullah SAW, segera saja mereka bertanya tentang hukum berwudhu’ dengan menggunakan air laut.Jawaban yang diberikan oleh beliau SAW ternyata juga dilengkapi dengan penjelasan lainnya, bukan hanya kebolehan berwudhu’ dengan air laut, bahkan juga hukum lainnya tentangkebolehan memakan bangkai hewan laut. Jawaban beliau SAW singkat tapi padat.

هو الطهور ماؤه الحل ميتته

(Laut itu) suci airnya dan halal bangkainya.

Dari penjelasan nabi SAW ini jelaslah bahwa jangankan darah ikan, bahkan bangkai ikan sekalipun tetap halal dimakan.

Selain itu kehalalan bangkai ikan itu juga diperkuat dengan adanya hadits lainnya, sebagaimana yang kami kutipkan berikut ini:

ابن عمر رضي الله عنهما: أحلت لنا ميتتان ودمان, فأما الميتتان فالحوت والجراد, وأما الدمان فالكبد والطحال

Dari Ibnu Umar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Telah dihalalkan untuk bagi kita (muslim) dua bangkai dan dua darah. Dua bangkai itu adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah itu adalah hati dan limpa.” (HR. Ad-Daruquthuni)

Maka memakan darah ikan, atau bahkan bangkai ikan, hukumnya halal dan dibenarkan dalam syariah Islam. Bahkan meski ikan itu masih mentah, sebagaimana kebiasaan bangsa Jepang.

Kalau pun seseorang merasa jijik karena tidak terbiasa memakan ikan mentah, rasa jijiknya itu tidaklah mengubah hukumnya. Hukumnya halal, tetapi kalau masalah selera seseorang tentu tidak bisa dipaksakan.

Demikian jawaban kami, wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ahmad Sarwat, Lc.

source:http://sabdaislam.wordpress.com/2009/11/29/107-halalkah-sushi-sashimi/


Halalkah makan ikan yang tidak dibuang perutnya??

wa'alaikumussalam,
Islam datang, sedang manusia masih dalam keadaan demikian dalam memandang masalah makanan berupa binatang. Islam berada di antara suatu faham kebebasan soal makanan dan extrimis dalam soal larangan. Oleh karena itu Islam kemudian mengumandangkan kepada segenap umat manusia dengan mengatakan:
"Hai manusia! Makanlah dari apa-apa yang ada di bumi ini yang halal dan baik, dan jangan kamu mengikuti jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang terang-terangan bagi kamu." (al-Baqarah: 168)
Selanjutnya mengumandangkan seruannya kepada orang-orang mu'min secara khusus.
Firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman! Makanlah yang baik-baik dari apa-apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta bersyukurlah kepada Allah kalau betul-betul kamu berbakti kepadaNya. Allah hanya mengharamkan kepadamu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih bukan karena Allah. Maka barangsiapa dalam keadaan terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melewati batas, maka tidaklah berdosa baginya, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Belas-kasih." (al-Baqarah: 172-173)
Point : Perut ikan tak termasuk dalam bab bangkai..dan jikalau ia mempunyai najis, ia adalah terhasil dari makanan ikan yang juga harus, justeru ia adalah harus di makan (bagi sesiapa yang nak makan le).
Makanan kedua yang diharamkan ialah darah yang mengalir. Ibnu Abbas pernah ditanya tentang limpa (thihal), maka jawab beliau: Makanlah! Orang-orang kemudian berkata: Itu kan darah. Maka jawab Ibnu Abbas: Darah yang diharamkan atas kamu hanyalah darah yang mengalir.
Maka perut ikan dan najisnya juga tak termasuk dalam bab ini.
Rasulullah s.a.w. ketika ditanya tentang masalah air laut, baginda menjawab:
"Laut itu airnya suci dan bangkainya halal." (Riwayat Ahmad dan ahli sunnah)
Dan firman Allah yang mengatakan:
"Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut dan makanannya." (al-Maidah. 96)
Umar berkata: Yang dimaksud shaiduhu, yaitu semua binatang yang diburu; sedang yang dimaksud tha'amuhu (makanannya), yaitu barang yang dicarinya.
Dan kata Ibnu Abbas pula, bahwa yang dimaksud thaamuhu, yaitu bangkainya.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdullah diceriterakan, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah mengirimkan suatu angkatan, kemudian mereka itu mendapatkan seekor ikan besar yang sudah menjadi bangkai. lkan itu kemudian dimakannya selama 20 hari lebih. Setelah mereka tiba di Madinah, diceriterakanlah hal tersebut kepada Nabi, maka jawab Nabi:
"Makanlah rezeki yang telah Allah keluarkan untuk kamu itu, berilah aku kalau kamu ada sisa. Lantas salah seorang diantara mereka ada yang memberinya sedikit. Kemudian Nabi memakannya." (Riwayat Bukhari)
DR YUSOF AL-qaradawi MENYEBUT :
Binatang laut yaitu semua binatang yang hidupnya di dalam air.
Binatang ini semua halal, didapat dalam keadaan bagaimanapun, apakah waktu diambilnya itu masih dalam keadaan hidup ataupun sudah bangkai, terapung atau tidak. Binatang-binatang tersebut berupa ikan ataupun yang lain, seperti: anjing laut, babi laut dan sebagainya.
Bagi yang mengambilnya tidak lagi perlu diperbincangkan, apakah dia seorang muslim ataupun orang kafir. Dalam hal ini Allah memberikan keleluasaan kepada hamba-hambaNya dengan memberikan perkenan (mubah) untuk makan semua binatang laut, tidak ada satupun yang diharamkan dan tidak ada satupun persyaratan untuk menyembelihnya seperti yang berlaku pada binatang lainnya. Bahkan Allah menyerahkan bulat-bulat kepada manusia untuk mengambil dan menjadikannya sebagai modal kekayaan menurut kebutuhannya dengan usaha semaksimal mungkin untuk tidak menyiksanya.
Firman Allah:
"Dialah Zat yang memudahkan laut supaya kamu makan daripadanya daging yang lembut." (an-Nahl: 14)
"Dihalalkan buat kamu binatang buronan laut dan makanannya sebagai perbekalan buat kamu dan untuk orang-orang yang belayar." (al-Maidah: 96)
KESIMPULAN :
DARI SUDUT HUKUM, PERUT IKAN MALAH NAJISNYA ADALAH PERKARA YANG DIDIAMKAN HUKUMNYA OLEH ALLAH DAN RASULNYA, INI BERMAKNA Ia menuruti hukum dagingnya sebagaimana dalil di atas. iaitu harus dimakan.
Bagaimanapun, jika adat dan sains mendapati ianaya tidak baik untuk keshihatan dan adat mendapatinya sebagai kotor..maka adalah baik untuk menjauhinya. Kwepala ikan pun sbrnya nampak mcm kotor dan mengerikan, tapi ramai org suka kari kepala ikan..cuma belum ada kari perut ikan sahaja.
maka dalam bab peurt dan najis ikan bilis, ia isu yang sgt kecil dan ia adalah harus , siapa nak buang, tak ada masalah, siapa yg termakan atau memang nak makan pun tak de masalah.
Sekian
Ust zaharuddin
28 Mei 07

source : http://groups.yahoo.com/group/zaharuddin/message/3182

No comments:

Post a Comment